Sunday, January 20, 2008

TENTANG DIA

Kalau ada yang bertanya, apa aku suka dia
Maka jawab nya YA...!
Kalau ada yang bilang, apa aku senang didekat dia
Maka jawabnya YA...!
Kalau ada yang curiga, apa aku mencintai dia
Maka jelas jawabnya TIDAK......
Dan kalau ada yang bingung, aku akan berkata:
" Dia memang bangunkan aku dari lelap ku, menyeret aku dari malas ku,
jadi kewarasan atas semua kegilaan aku. Jadi sebab pada senyum ku.
Dia hanya orang yang tepat untuk alasan atas riang ku "

16 Januari 2008

Baru Malam ini terpikir, ada sesuatu yang buat aku jadi terbangun. Dari penjara nalar yang aku ciptakan sendiri. mengapa begitu lemah, jadi bulan-bulanan sakit yang semu, pikiran manghantui perasaan dengan kecemasan. Mengapa harus takluk pada rasa takut, di tertawakan amarah yang sukses racuni emosi.

Aku bukan petarung, aku bukan petaruh juga bukan pecundang
Aku hanya alang - alang liar yang coba tegar di deras hujan, di dingin hari, di terik siang, di gelap malam dan di sepinya ruang.

Dini Hari Awal 2008

Angin bertiup semaunya di luar sana. Nggak perduli pohon - pohon itu susah payah bertahan diterjang, dahan dan daun gemerisik menjerit panik. Dini hari jadi dingin. Elang kecil telah lelap pada dada ku, ketakutan. Deru itu bawa kecemasan, dalam hati membatin, apa yang kali ini tak sanggup tegak bertahan. Pada ujung malam yang mencekam aku justru tersadar. Baru saja akau selesai mengadu pada Tuhan, dalam sujudku aku tersenyum. Dia telah menjawab doa ku satu - satu. Rasa kacau itu telah hilang, nggak ada lagi bayangan yang bikin runyam, jalan yang diberikan sungguh diluar pekiraan.

Akhir 2007

Menatap elang kecil ku terlelap, ada perih yang berkelebat.
Dia tak tau begitu banyak kesalahan yang aku buat.
Wajah polosnya buat aku tertampar,
atas semua kelemahanku yang melelahkan
Senyumnya menang atas cengengnya aku.
Tubuh lelap itu seolah ingin didekap.
Desah nafasnya menikam aku dengan harapan
Kubisikkan di telinganya......
Sejak saat ini, aku tak akan berhenti berperang dengan sisi gelap ku
Dalam terang aku akan bersamanya tapaki kehidupan

For.......

Sulit rasanya merantai hati. Memasung rasa biar diam
Padahal sudah kututup semua jendela
Mengunci pintu - pintu dengan rapat
Tapi angin membawanya masuk
Lewat celah - celah halus kata
Mengendap diam - diam menikam
Nalar jadi liar berangan
Raga menari -nari resah
Telah kupenjarakan kerinduan
Bagai ku tenggelamkah diri di ujung malam
Rasa nyeri di dera selaksa cambuk
Dilangit, ku lukis senyumnya dengan bintang - bintang




Ujung Malam

Malam bersentuhan dengan pagi dalam diam.
Mata tak juga bisa bawa aku ke peraduan
ada resah yang menghalangi
Lelah raga menyerah pada kacaunya hati
Dini hari begini pikiran masih saja kesana - kemari

Entah dari mana datangnya
Sebongkah rindu menghantam rasa
Luluh mengalir dalam darah
Terhembus tiap tarikan nafas
Ada yang bilang hati tak bisa dibohongi
Tapi jujur kadang jadi penyakit

17 Desember 2007

Lengkap sudah, semua yang tadi nya berpendar sekarang hilang. Tiap detik jam buat aku selalu was-was. Apalagi yang aku dapatkan, sudah semua kecewa ku telan dan pahitnya aku rasakan pelan-pelan. Keringat yang telah tertuang pun tak bisa bawa kebaikan. Tapi.....tak ada alasan untuk takut. aku harus tetap tegak melangkah. Senyum kecil itu masih semangati aku, langkah kecilnya kuatkan aku. Peluk riang nya hapus lelah ku.

10 Desember 2007

Menjejak kaki di ujung malam, lelah rasanya...seharian melawan sakit yang dibuat sendiri. Kenapa mesti muram hari ini, padahal matahari tersipu - sipu digoda angin. Sebelum mendung segan tampakkan diri. Sempurna seharusnya, hawa begitu sejuk, tapi hati justru terbakar, panas membekap nalar, tak bisa berpikir jernih. Kenapa harus marah hari ini, padahal jalanan lengang tak banyak debu. Nyaman seharusnya, tapi aku malah rusuh, dipermainkan kecewa pada tiap langkahku. Ingin rasanya aku cabut kecewa ku lalu kulempar ketengah laut, biar tenggelam dilarung ombak.

Sesal ada di mataku, kembali sekali lagi terkecoh kilau permata yang ternyata cuma sesaat. Aku sudah biarkan diri ku jatuh pada peraduan awan yang melayang - layang. Dan ketika awan itu pudar, aku temukan diriku bersama kebodohan. Harusnya aku tau diri, alang - alang tak pantas tumbuh di kebun bunga.