Menjejak kaki di ujung malam, lelah rasanya...seharian melawan sakit yang dibuat sendiri. Kenapa mesti muram hari ini, padahal matahari tersipu - sipu digoda angin. Sebelum mendung segan tampakkan diri. Sempurna seharusnya, hawa begitu sejuk, tapi hati justru terbakar, panas membekap nalar, tak bisa berpikir jernih. Kenapa harus marah hari ini, padahal jalanan lengang tak banyak debu. Nyaman seharusnya, tapi aku malah rusuh, dipermainkan kecewa pada tiap langkahku. Ingin rasanya aku cabut kecewa ku lalu kulempar ketengah laut, biar tenggelam dilarung ombak.
Sesal ada di mataku, kembali sekali lagi terkecoh kilau permata yang ternyata cuma sesaat. Aku sudah biarkan diri ku jatuh pada peraduan awan yang melayang - layang. Dan ketika awan itu pudar, aku temukan diriku bersama kebodohan. Harusnya aku tau diri, alang - alang tak pantas tumbuh di kebun bunga.
Sesal ada di mataku, kembali sekali lagi terkecoh kilau permata yang ternyata cuma sesaat. Aku sudah biarkan diri ku jatuh pada peraduan awan yang melayang - layang. Dan ketika awan itu pudar, aku temukan diriku bersama kebodohan. Harusnya aku tau diri, alang - alang tak pantas tumbuh di kebun bunga.
No comments:
Post a Comment